Evaluasi Sifat Antibakteri Ekstrak Bawang Putih (Allium sativum) terhadap Koloni Streptococcus mutans pada Permukaan Gigi

Abstrak

Streptococcus mutans adalah bakteri utama yang terlibat dalam pembentukan karies gigi dengan memfermentasi gula menjadi asam yang merusak enamel. Pengendalian pertumbuhan S. mutans sangat penting dalam mencegah perkembangan karies. Bawang putih (Allium sativum) dikenal memiliki berbagai sifat bioaktif, termasuk antibakteri, yang dapat menjadi alternatif alami dalam pencegahan karies. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi sifat antibakteri ekstrak bawang putih terhadap koloni S. mutans yang berkembang pada permukaan gigi secara in vitro. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih memiliki aktivitas antibakteri yang signifikan terhadap S. mutans, yang berpotensi sebagai bahan alami dalam pencegahan karies gigi.

Pendahuluan

Karies gigi merupakan salah satu penyakit menular kronis yang disebabkan oleh bakteri, khususnya Streptococcus mutans. Bakteri ini memfermentasi karbohidrat yang terdapat pada sisa makanan, menghasilkan asam yang merusak struktur enamel gigi. Penanganan yang tepat terhadap pertumbuhan S. mutans sangat penting dalam pencegahan dan pengendalian karies gigi. Selain pengobatan konvensional dengan penggunaan pasta gigi berbahan kimia, ada dorongan untuk mencari alternatif bahan alami yang lebih aman dan efektif.

Bawang putih (Allium sativum) adalah salah satu bahan alami yang telah lama digunakan dalam pengobatan tradisional karena berbagai manfaat kesehatan, termasuk efek antibakteri, antivirus, dan antijamur. Allicin, senyawa aktif yang terkandung dalam bawang putih, dikenal memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri dengan merusak dinding sel bakteri dan mengganggu metabolisme mereka. Oleh karena itu, ekstrak bawang putih berpotensi sebagai agen antibakteri dalam mencegah pertumbuhan S. mutans pada permukaan gigi.

Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan desain eksperimen in vitro untuk menguji aktivitas antibakteri ekstrak bawang putih terhadap S. mutans. Ekstrak bawang putih diperoleh melalui metode maserasi menggunakan etanol 70%, kemudian diuapkan untuk menghasilkan ekstrak kental. Untuk tujuan penelitian ini, tiga konsentrasi ekstrak bawang putih yang digunakan adalah 10%, 20%, dan 30%, serta kontrol negatif menggunakan akuades.

Bakteri Streptococcus mutans yang digunakan dalam penelitian ini diisolasi dari sampel plak gigi pasien yang menunjukkan tanda-tanda awal karies. Bakteri yang diperoleh kemudian diinokulasi pada media agar darah dan dibiakkan pada suhu 37°C selama 24 jam. Selanjutnya, ekstrak bawang putih dalam berbagai konsentrasi diterapkan pada koloni bakteri yang tumbuh pada media agar menggunakan metode uji difusi cakram. Diameter zona hambat yang terbentuk diukur untuk menentukan efektivitas antibakteri.

Untuk menguji efek pada permukaan gigi, potongan gigi manusia yang telah disterilkan diinkubasi dalam suspensi bakteri S. mutans selama 48 jam, kemudian diberi perlakuan dengan ekstrak bawang putih. Permukaan gigi diamati menggunakan mikroskop elektron untuk melihat perubahan pada koloni bakteri dan kerusakan pada struktur bakteri.

Hasil dan Pembahasan

Hasil dari uji difusi cakram menunjukkan bahwa ekstrak bawang putih memiliki zona hambat yang signifikan terhadap S. mutans pada ketiga konsentrasi yang diuji (10%, 20%, 30%). Zona hambat terbesar tercatat pada konsentrasi 30%, dengan diameter mencapai 15 mm, diikuti dengan 12 mm pada konsentrasi 20% dan 9 mm pada konsentrasi 10%. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi ekstrak bawang putih, semakin besar pula aktivitas antibakterinya.

Pemeriksaan mikroskopis terhadap permukaan gigi setelah perlakuan ekstrak bawang putih menunjukkan penurunan jumlah koloni S. mutans yang signifikan pada permukaan gigi yang diberi perlakuan dibandingkan dengan kontrol. Gigi yang tidak diberi perlakuan menunjukkan koloni bakteri yang berkembang biak dengan rapat, sedangkan pada permukaan gigi yang diberi perlakuan ekstrak bawang putih, terlihat penurunan koloni dan kerusakan dinding sel bakteri.

Senyawa aktif dalam bawang putih, seperti allicin, dapat merusak struktur sel bakteri dengan menginaktivasi enzim-enzim penting dalam metabolisme bakteri dan mengganggu integritas membran sel bakteri. Efek antibakteri ini memberikan dasar yang kuat untuk penggunaan bawang putih sebagai agen antibakteri alami yang dapat membantu mengurangi pertumbuhan bakteri penyebab karies pada permukaan gigi.

Kesimpulan

Ekstrak bawang putih (Allium sativum) menunjukkan sifat antibakteri yang signifikan terhadap koloni Streptococcus mutans pada permukaan gigi. Hasil ini mendukung potensi bawang putih sebagai bahan alami yang dapat digunakan dalam pencegahan karies gigi. Namun, penelitian lebih lanjut dengan uji klinis diperlukan untuk mengevaluasi keefektifan dan keamanan ekstrak bawang putih dalam penggunaan sehari-hari sebagai alternatif bahan pencegah karies.